Kamis, 23 Januari 2014

Teknik penarikan/pengambilan sample (STATISTIKA DASAR — )

 Teknik penarikan/pengambilan sample
    Probability Sampling (random sampling)
     Non Probability Sampling (non random sampling)
  Probability Sampling
*           Teknik penarikan sampel, dimana setiap unsure atau elemen sampling diberi kesempatan yang sama dan persis sama untuk diikutkan/dipilih dalam sample.

*           Syarat dalam penarikan sample probabilitas adalah tersedianya daftar anggota populasi atau daftar unsure/elemen populasi (kerangka sample/sampling frame).
Beberapa Teknik Probability Sampling:
1. Simple Random Sampling ( Penarikan sample secara Random/Acak Sederhana)
Caranya :
      Dengan mengundi elemen/anggota  populasi
      Dengan menggunakan tabel angka random
  Syarat Acak Sederhana
   Tersedia kerangka sampling
   Sifat populasi homogen
   Populasi tidak terlalu tersebar secara geografis
       2. Systematic Random Sampling (Penarikan sample secara sistematik)
  Caranya:
1. Melakukan cek keadaan daftar populasi (kerangka populasi)
2. Menetapkan jarak/interval
                           N
                      I = -----------
                                n
                   I  =  Interval (5)
                             N = Jumlah anggota populasi (100)
                             n  =  Jumlah anggota sampel (20)

 3. Menetapkan nomor berapa peneliti akan  mulai menghitung (penetapan momor pertama ini dilakukan secara acak/random)
     1, 2, 3, 4 dan 5
 4. Anggota sampel berikutnya ditentukan dengan menambahkan interval pada nomor pertama dan seterusnya
       3. Stratified Random Sampling (Penarikan Sampel Startifikasi)
 Caranya:
             Menetapkan kriteria yang jelas yang akan digunakan sebagai dasar penetuan strata (lapisan).
             Dengan dasar kriteria tersebut populasi dibagi ke dalam sub-subpopulasi (setiap subpopulasi diasumsikan   homogen)
             Penentuan besar sampel pada masing-masing subpopulasi bisa proporsional bisa pula tidak.
             Penentuan usnsur bisa simple random/systematic

Syarat Stratified Random Sampling
   Kriteria yang jelas  untuk menstratifikasi
   Ada data pendahuluan mengenai kriteria
   Diketahui jumlah tiap lapisan
       4. Cluster Sampling
(Penarikan Sampel Berkelompok)
Teknik ini digunakan karena  mengalami dua permasalahan, yaitu:
   peneliti kekurangan kerangka sampling yang baik, suatu populasi yang menyebar;
   Biaya yang tinggi untuk menyusun kerangka sampling dan menjangkau setiap elemen sample.
  Caranya:
               Populasi dibagi ke dalam mini populasi-mini populasi. Mini populasi memiliki karakteristik yang sama dengan populasi
               Pengelompokan mini populasi ini bisa berdasarkan pada pengelompokan secara administrasi.
               Setelah itu menentukan cluster secara random (bisa dilakukan secara bertingkat misal dari desa menjadi dukuh-dukuh atau dusun dst)
               Cluster yang terpilih adalah unit yang berisi elemen sample final
        5. Multistage Sampling
(Penarikan Sampel Secara Bertahap)
Hampir sama dengan cluster, dengan tahap lebih dari satu kali (misal propinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan/desa  dan seterusnya)
       6. Area Sampling
( Penarikan Sampel Wilayah)
  Cara ini dilakukan karena populasi tidak dapat kerangka sampling.
  Dibutuhkan suatu foto udara yang jelas dan rinci dari wilayah yang akan diteliti, sehingga dapat diketahui blok-blok yang ada seperti perumahan, pertokoan.
  Teknik penarikan sample sama seperti penarikan sampel secara bertahap.
II. Non Probability Sampling
(Non random sampling
)
   Cara ini dilakukan bila tidak mungkin diperoleh daftar yang lengkap dari populasi penelitian, sehingga tidak terdapat kesempatan yang sama pada anggota populasi.
   Karena itu peneliti tidak dapat membuat generalisasi atau kesimpulan yang dapat mewakili populasi, hasil analisis hanya berlaku untuk anggota populasi yang diteliti.
   Dengan penarikan sample non probability, peneliti  tidak dihadapkan pada cara-cara yang rumit.
Beberapa Teknik Non Probability Sampling
1. Purposive Sampling (Penarikan Sampel Secara Sengaja)
    Cara ini membutuhkan kemampuan dan pengetahuan yang baik dari peneliti terhadap populasi penelitian.
    Untuk menentukan siapa yang menjadi anggota sample, maka peneliti harus benar-benar mengetahui dan beranggapan bahwa orang yang dipilihnya dapat memberikan informasi yang diinginkan sesuai dengan permasalahan penelitian.
       2. Quota Sampling
(Penarikan Sampel Jatah)
  Cara ini mirip dengan stratified sampling, yaitu dengan membagi populasi ke dalam sub-sub populasi sesuai dengan fokus penelitian.
  Penarikan sample jatah dilakukan bila peneliti tidak dapat mengetahui jumlah yang rinci dari setiap strata populasinya.
       3. Snow-ball Sampling
(Penarikan Sampel Bola Salju)
  Cara penarikan sampel ini dimulai dengan jumlah yang sedikit akhirnya menjadi banyak, dengan beberapa tahap.
  Pertama, menentukan satu atau beberapa orang untuk diwawancarai.
  Selanjutnya orang-orang tersebut akan berperan sebagai titik awal penarikan sampel selanjutnya.
Salah satu kelemahannya adalah sampel yang pada tahap berikutnya adalah orang-orang terdekat (peer group). Karena itu orang pertama dipilih lebih dari satu.
        4. Sequential Sampling
Penarikan sample ini dimulai dengan pengambilan sample dalam jumlah kecil, kemudian data dianalisis.

Jika hasilnya masih diragukan, maka sample diambil yang lebih besar dan seterusnya.
5. Accidental/Haphazard Sampling (Penarikan Sampel Secara Kebetulan)
Penarikan sample ini dilakukan dengan cara  memilih orang yang  kebetulan ditemui.



populasi (STATISTIKA DASAR)


APAKAH POPULASI ITU?
  Populasi diartikan sebagai sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi obyek penelitian.
  Populasi juga berarti himpunan semua hal yang ingin diketahui.
  Populasi dapat pula diartikan sebagai keseluruhan unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga (dalam penelitian).
  Elemen populasi ini biasanya merupakan satuan analisis.
  Unit analisis adalah unit/satuan yang akan diteliti atau dianalisis. Berupa kumpulan semua kota, semua wanita, semua perusahaan.
Menentuan populasi dibantu oleh 4 faktor :
     Isi
     Satuan
     Cakupan (scope)
     Waktu

  Contoh:
Suatu penelitian tentang pendapatan masyarakat disekitar kampus Untan Pontianak tahun 2012

  maka populasinya dapat ditetapkan dengan 4 faktor tsb:
  Isi                 à Pendapatan masyarakat
  Satuan         à Pendapatan Masyarakat disekitar Untan
  Cakupan (scope)     à Sekitar kampus Untan
  Waktu          à tahun 2012
  Populasi dapat dibedakan  

   Populasi target merupakan populasi yang telah ditentukan sesuai dengan permasalahan penelitian, dan hasil penelitian dari populasi tersebut ingin disimpulkan.
   Populasi survei merupakan populasi yang terliput dalam penelitian yang dilakukan.

 








Idealnya   populasi target dan populasi survei sama, tapi karena berbagai sebab maka populasi target dan survei menjadi tidak sama.

Populasi terdiri dari unsur sampling yaitu unsur/unsur yang diambil sebagai sampel.

Kerangka sampling (sampling Frame) adalah daftar semua unsur sampling dalam populasi sampling.

Unsur sampling ini diambil dengan menggunakan kerangka sampling (sampling frame)
APAKAH SAMPEL ITU ?



Sampel adalah sebagian dari unit-unit yang ada dalam populasi yang ciri-ciri atau karakteristiknya benar-benar diselidiki.
Sampel adalah unsur-unsur yang diambil dari populasi.


  Cara menentukan sample, agar memenuhi syarat 
Teknik  (metode) penentuan sample yang ideal  memiliki ciri-ciri:
   Dapat memberikan gambaran yang akurat tentang populasi
   Dapat menentukan presisi
   Sederhana sehingga mudah dilaksanakan
   Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya murah.

Presisi=standard error, Nilai rata-rata populasi dikurangi nilai rata-rata sampel

Berapa besar sampel = representatif?
Besar sample perlu mempertimbangkan hal-hal  sbb:
*Derajat keseragaman (degree of homogenity) dari populasi à completely heterogeneous
*Presisi yang dikehendaki dari penelitian
*Rencana analisis
*Tenaga, biaya dan waktu
*Besar populasi

à SEMAKIN BESAR SAMPEL SEMAKIN TINGGI TINGKAT PRESISI YANG DIDAPATKAN
Hubungan antara Populasi dan Sampel
Beberapa asumsi dasar yang perlu dipenuhi  dalam analisis inferensial :
                            Data bersifat independen
                            Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
                            Sampel diambil secara random
                            Sampel memiliki varian yang sama
                            Variabel berskala interval atau rasio
  Metode pengambilan sampel yang ideal :

1.  Menggambarkan populasi yang sebenarnya
2.  Memberikan tingkat presisi  yang tinggi
3.  Sederhana / mudah dilaksanakan
4.  Murah

    Ukuran sampel penelitian  tergantung  :
             1)   keragaman karakteristik populasi
           2)   tingkat presisi yang dikehendaki
                3)   rencana analisis
                4)   tenaga, biaya, dan waktu

Teknik penarikan/pengambilan sample
    Probability Sampling (random sampling)
     Non Probability Sampling (non random sampling)
  Probability Sampling
*           Teknik penarikan sampel, dimana setiap unsure atau elemen sampling diberi kesempatan yang sama dan persis sama untuk diikutkan/dipilih dalam sample.

*           Syarat dalam penarikan sample probabilitas adalah tersedianya daftar anggota populasi atau daftar unsure/elemen populasi (kerangka sample/sampling frame).
Beberapa Teknik Probability Sampling:
1. Simple Random Sampling ( Penarikan sample secara Random/Acak Sederhana)
Caranya :
      Dengan mengundi elemen/anggota  populasi
      Dengan menggunakan tabel angka random
  Syarat Acak Sederhana
   Tersedia kerangka sampling
   Sifat populasi homogen
   Populasi tidak terlalu tersebar secara geografis
       2. Systematic Random Sampling (Penarikan sample secara sistematik)
  Caranya:
1. Melakukan cek keadaan daftar populasi (kerangka populasi)
2. Menetapkan jarak/interval
                           N
                      I = -----------
                                n
                   I  =  Interval (5)
                             N = Jumlah anggota populasi (100)
                             n  =  Jumlah anggota sampel (20)

 3. Menetapkan nomor berapa peneliti akan  mulai menghitung (penetapan momor pertama ini dilakukan secara acak/random)
     1, 2, 3, 4 dan 5
 4. Anggota sampel berikutnya ditentukan dengan menambahkan interval pada nomor pertama dan seterusnya
       3. Stratified Random Sampling (Penarikan Sampel Startifikasi)
 Caranya:
             Menetapkan kriteria yang jelas yang akan digunakan sebagai dasar penetuan strata (lapisan).
             Dengan dasar kriteria tersebut populasi dibagi ke dalam sub-subpopulasi (setiap subpopulasi diasumsikan   homogen)
             Penentuan besar sampel pada masing-masing subpopulasi bisa proporsional bisa pula tidak.
             Penentuan usnsur bisa simple random/systematic

Syarat Stratified Random Sampling
   Kriteria yang jelas  untuk menstratifikasi
   Ada data pendahuluan mengenai kriteria
   Diketahui jumlah tiap lapisan
       4. Cluster Sampling
(Penarikan Sampel Berkelompok)
Teknik ini digunakan karena  mengalami dua permasalahan, yaitu:
   peneliti kekurangan kerangka sampling yang baik, suatu populasi yang menyebar;
   Biaya yang tinggi untuk menyusun kerangka sampling dan menjangkau setiap elemen sample.
  Caranya:
               Populasi dibagi ke dalam mini populasi-mini populasi. Mini populasi memiliki karakteristik yang sama dengan populasi
               Pengelompokan mini populasi ini bisa berdasarkan pada pengelompokan secara administrasi.
               Setelah itu menentukan cluster secara random (bisa dilakukan secara bertingkat misal dari desa menjadi dukuh-dukuh atau dusun dst)
               Cluster yang terpilih adalah unit yang berisi elemen sample final
        5. Multistage Sampling
(Penarikan Sampel Secara Bertahap)
Hampir sama dengan cluster, dengan tahap lebih dari satu kali (misal propinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan/desa  dan seterusnya)
       6. Area Sampling
( Penarikan Sampel Wilayah)
  Cara ini dilakukan karena populasi tidak dapat kerangka sampling.
  Dibutuhkan suatu foto udara yang jelas dan rinci dari wilayah yang akan diteliti, sehingga dapat diketahui blok-blok yang ada seperti perumahan, pertokoan.
  Teknik penarikan sample sama seperti penarikan sampel secara bertahap.
II. Non Probability Sampling
(Non random sampling
)
   Cara ini dilakukan bila tidak mungkin diperoleh daftar yang lengkap dari populasi penelitian, sehingga tidak terdapat kesempatan yang sama pada anggota populasi.
   Karena itu peneliti tidak dapat membuat generalisasi atau kesimpulan yang dapat mewakili populasi, hasil analisis hanya berlaku untuk anggota populasi yang diteliti.
   Dengan penarikan sample non probability, peneliti  tidak dihadapkan pada cara-cara yang rumit.
Beberapa Teknik Non Probability Sampling
1. Purposive Sampling (Penarikan Sampel Secara Sengaja)
    Cara ini membutuhkan kemampuan dan pengetahuan yang baik dari peneliti terhadap populasi penelitian.
    Untuk menentukan siapa yang menjadi anggota sample, maka peneliti harus benar-benar mengetahui dan beranggapan bahwa orang yang dipilihnya dapat memberikan informasi yang diinginkan sesuai dengan permasalahan penelitian.
       2. Quota Sampling
(Penarikan Sampel Jatah)
  Cara ini mirip dengan stratified sampling, yaitu dengan membagi populasi ke dalam sub-sub populasi sesuai dengan fokus penelitian.
  Penarikan sample jatah dilakukan bila peneliti tidak dapat mengetahui jumlah yang rinci dari setiap strata populasinya.
       3. Snow-ball Sampling
(Penarikan Sampel Bola Salju)
  Cara penarikan sampel ini dimulai dengan jumlah yang sedikit akhirnya menjadi banyak, dengan beberapa tahap.
  Pertama, menentukan satu atau beberapa orang untuk diwawancarai.
  Selanjutnya orang-orang tersebut akan berperan sebagai titik awal penarikan sampel selanjutnya.
Salah satu kelemahannya adalah sampel yang pada tahap berikutnya adalah orang-orang terdekat (peer group). Karena itu orang pertama dipilih lebih dari satu.
        4. Sequential Sampling
Penarikan sample ini dimulai dengan pengambilan sample dalam jumlah kecil, kemudian data dianalisis.

Jika hasilnya masih diragukan, maka sample diambil yang lebih besar dan seterusnya.
5. Accidental/Haphazard Sampling (Penarikan Sampel Secara Kebetulan)
Penarikan sample ini dilakukan dengan cara  memilih orang yang  kebetulan ditemui.



Rabu, 22 Januari 2014

SEJARAH BAHASA INDONESIA

     


      SUMBER BAHASA INDONESIA
         KAPAN SEBENARNYA BAHASA MELAYU DIPERGUNAKAN SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI?
         BAHASA MELAYU MULAI DIPAKAI DI KAWASAN ASIA TENGGARA SEJAK ABAD KE-7.
         PRASASTI KEDUKAN BUKIT DI PALEMBANG, TAHUN 683 M
         PRASASTI TALANG TUO DI PALEMBANG, TAHUN 684 M
         PRASASTI KOTA KAPUR DI BANGKA BARAT, TAHUN 686 M
         PRASASTI KARANG BRAHI ANTARA JAMBI DAN SUNGAI MUSI, TAHUN 688 M, BERTULISKAN HURUF PRANAGARI, BERBAHASA MELAYU KUNO
         PRASASTI YANG BERBAHASA MELAYU KUNO TERDAPAT DI JAWA TENGAH (PRASASTI GANDASULI, TAHUN 832 M) DAN DI BOGOR (PRASASTI BOGOR, TAHUN 942 M). 

      lanjutan
         BAHASA PERHUBUNGAN ANTARSUKU DI NUSANTARA.
         BAHASA PERDAGANGAN TERHADAP PARA PEDAGANG YANG  DATANG DARI LUAR NUSANTARA.
         I-TSING, AHLI SEJARAH CINA YANG PERNAH SINGGAH DAN BELAJAR AGAMA BUDHA DI SRIWIJAYA MENYATAKAN BAHWA DI SRIWIJAYA ADA BAHASA YANG BERNAMA KOEN-LOUEN (I-TSING:63, 159), KOU-LUEN (I-TSING:183). KOUEN-LOUEN (FERRAND, 1919), KWENLUN (ALISJAHBANA, 1971:1089), KUNLUN (PARNIKEL, 1977:91), KUN-LUN (PRENTICE, 1978:19), YANG BERDAMPINGAN DENGAN SANSKERTA. YANG DI MAKSUD KOEN-LUEN ADALAH BAHASA PERHUBUNGAN (LINGUA FRANCA) DI KEPULAUAN NUSANTARA, YAITU BAHASA MELAYU.
         PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN BAHASA MELAYU SEMAKIN JELAS DALAM
     SASTRA (ABAD KE-16 DAN KE-17), SEPERTI SYAIR HAMZAH FANSURI, HIKAYAT RAJA-RAJA PASAI, SEJARAH MELAYU.
         COLLINS (1998) MENCATAT BAHWA BAHASA MELAYU PADA ABAD KE-16 MERUPAKAN BAHASA RESMI TULIS YANG DIGUNAKAN DI ISTANA-ISTANA DAN DALAM AGAMA. PADA SAAT YANG SAMA BAHASA MELAYU MERUPAKAN BAHASA YANG DIGUNAKAN UNTUK MENJALANKAN TUGAS SEHARI-HARI, BAHASA PERDAGANGAN, DAN BAHASA INTERAKSI MASYARAKAT DI PASAR DAN PELABUHAN. BAHKAN BAHASA MELAYU MEMILIKI FUNGSI DAN KEDUDUKAN YANG LEBIH DIBANDINGKAN DENGAN BAHASA-BAHASA YANG ADA DI EROPA PADA WAKTU ITU.
     PERESMIAN NAMA BAHASA INDONESIA
         KATA INDONESIA PERTAMA KALI DILONTARKAN OLEH GEORGE SAMUEL EARL, KEBANGSAAN INGGRIS, DENGAN MENYEBUT INDUNESIA UNTUK MENAMAKAN GUGUSAN PULAU DI LAUTAN HINDIA. NAMUN, PARA ILMUWAN EROPA LEBIH SERING MENYEBUT DENGAN MELAYUNESIA.
         J.R. LOGAN, KEBANGSAAN INGGRIS, DALAM MAJALAH JOURNAL OF THE INDIAN ARCHIPELAGO AND EASTERN ASIA (VOLUME IV, P.254, 1850) MENYEBUT GUGUSAN PULAU DI LAUTAN HINDIA DENGAN INDONESIAN.
         ADOLF BASTIAN, KEBANGSAAN JERMAN, MENGGUNAKAN KATA INDONESIA DALAM BUKUNYA INDONESIAN ORDER DIE INSELN DES MALAYSICHEN ARCHIPEL, UNTUK MENAMAI PULAU YANG BERTEBARAN DI LAUTAN HINDIA.
         BAHASA INDONESIA LAHIR PADA TANGGAL 28 OKTOBER 1928. PARA PEMUDA MENGIKRARKAN (1) KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA MENGAKU BERTUMPAH DARAH YANG SATU, TANAH INDONESIA, (2) KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA MENGAKU BERBANGSA YANG SATU, BANGSA INDONESIA, (3) KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA MENJUNJUNG BAHASA PERSATUAN, BAHASA INDONESIA.


     MENGAPA BAHASA MELAYU DI ANGKAT MENJADI BAHASA INDONESIA

          MELUASNYA PENGARUH AJARAN ISLAM OLEH PARA PENDAKWAH ARAB KEPADA MASYARAKAT DISEBABKAN KARENA PARA PENDAKWAH MEMANFAATKAN BAHASA MELAYU SEBAGAI LINGUA FRANCA DAN BAHASA DAKWAH DI KEPULAUAN NUSANTARA INI. BAHASA MELAYU MENJADI BAHASA PENGANTAR UTAMA ISLAM DI SELURUH KEPULAUAN NUSANTARA SEHINGGA PADA ABAD KEENAM BELAS BAHASA MELAYU TELAH BERJAYA MENJADI BAHASA SASTRA DAN AGAMA YANG LUHUR DAN SANGGUP MENGGULINGKAN KEDAULATAN BAHASA JAWA DALAM BIDANG INI (LIHAT SYED NAGUIB AL-ATTAS 1972:4142; BANDINGKAN COLLINS 1998). PEMILIHAN BAHASA MELAYU SEBAGAI BAHASA PENGANTAR KARENA DIANGGAP SESUAI DAN MAMPU MENJELASKAN KONSEP-KONSEP ISLAM DENGAN JELAS DAN MUDAH DIBANDINGKAN DENGAN BAHASA JAWA.
          BAHASA MELAYU SUDAH MERUPAKAN LINGUA FRANCA DI INDONESIA, BAHASA PERHUBUNGAN ANTARPULAU, ANTARSUKU, ANTARPEDAGANG, ANTARBANGSA, DAN ANTARKERAJAAN.
          SISTEM BAHASA MELAYU SEDERHANA, MUDAH DIPELAJARI KARENA DALAM BAHASA MELAYU TIDAK DIKENAL TINGKATAN BAHASA, SEPERTI DALAM BAHASA JAWA (NGOKO, KROMO) ATAU PERBEDAAN BAHASA KASAR DAN HALUS, SEPERTI DALAM BAHASA SUNDA (KASAR, LEMES).
          SUKU JAWA, SUNDA, DAN SUKU-SUKU YANG LAIN DENGAN SUKARELA MENERIMA BAHASA MELAYU MENJADI NAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NASIONAL.
          BAHASA MELAYU MEMPUNYAI KESANGGUPAN UNTUK DIPAKAI SEBAGAI BAHASA KEBUDAYAAN DALAM ARTI YANG LUAS.


     PERISTIWA PENTING BERKAITAN DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA MELAYU/INDONESIA
          PADA TAHUN 1901 DISUSUN EJAAN RESMI BAHASA MELAYU OLEH CH.A. VAN OPHUIJSEN DAN DIMUAT DALAM KITAB LOGAT MELAYU.
          PADA TAHUN 1908 PEMERINTAH MENDIRIKAN SEBUAH BADAN PENERBIT BUKU-BUKU BACAAN YANG DIBERI NAMA COMMISSIE VOOR DE VOLKSLECTUUR (TAMAN BACAAN RAKYAT), YANG KEMUDIAN PADA TAHUN 1917 DIUBAH MENJADI BALAI PUSTAKA. BALAI PUSTAKA MENERBITKAN BUKU-BUKU NOVEL, PENUNTUN BERCOCOK TANAM, PENUNTUN MEMELIHARA KESEHATANYANG TIDAK SEDIKIT MEMBANTU PENYEBARAN BAHASA MELAYU DI KALANGAN MASYARAKAT LUAS
          TANGGAL 28 OKTOBER 1928 SAAT-SAAT YANG PALING MENENTUKAN DALAM PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA.
          PADA TAHUN 1933 SECARA RESMI BERDIRI SEBUAH ANGKATAN SASTRAWAN MUDA YANG MENAMAKAN DIRINYA PUJANGGA BARU YANG DIPIMPIN OLEH SUTAN TAKDIR ALISYAHBANA DAN KAWAN-KAWAN.
          PADA TANGGAL 2528 JUNI 1938 DILANGSUNGKAN KONGRES BAHASA INDONESIA I DI SOLO. DARI HASIL KONGRES DI SOLO INI DAPAT DISIMPULKAN BAHWA USAHA PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA TELAH DILAKUKAN SECARA SADAR OLEH CENDEKIAWAN DAN BUDAYAWAN KITA SAAT ITU.
          PADA TANGGAL 18 AGUSTUS 1945 DITANDATANGANI UNDANG-UNDANG DASAR 1945, YANG SALAH SATU PASALNYA (PASAL 36) MENETAPKAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA NEGARA.
          DLL
     FUNGSI BAHASA INDONESIA DALAM KEDUDUKANNYA SEBAGAI BAHASA NASIONAL
       LAMBANG KEBANGGAAN KEBANGSAAN
       LAMBANG IDENTITAS NASIONAL
       ALAT PERHUBUNGAN ANTARWARGA, ANTARBUDAYA
       ALAT YANG MEMUNGKINKAN PENYATUAN BERBAGAI-BAGAI SUKU BANGSA DENGAN LATAR BELAKANG SOSIAL BUDAYA DAN BAHASANYA MASING-MASING KE DALAM KESATUAN KEBANGSAAN INDONESIA.
     FUNGSI BAHASA INDONESIA DALAM KEDUDUKANNYA SEBAGAI BAHASA NEGARA
       SEBAGAI BAHASA RESMI KENEGARAAN
       BAHASA PENGANTAR DI DALAM DUNIA PENDIDIKAN
       ALAT PERHUBUNGAN PADA TINGKAT NASIONAL UNTUK KEPENTINGAN PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
       ALAT PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN, ILMU PENGETAHUAN, DAN TEKNOLOGI.